Senin, 25 Maret 2013

Perkembangan Fisik Peserta Didik


A.  Pengertian Perkembangan Fisik
            Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembanagan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (pertumbuhan otak, system syaraf dan lain-lain), dan perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (perkembangan keterampilan motorik), serta perubahan dalam kemampuan fisik (penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).

Bagi anank-anak usia sekiolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal itu sangat penting, karena pertumbuhan/perkembangan fisik anak secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Secara langsung, pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Dan secara tidak langsung, pertumbuhan /perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Yang terlihat dari pola penyesuaian diri anak secara umum.
            Pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun, Tahap anak-anak hingga masa prapubertas usia 3 hingga 10 tahun, tahap pubertas usia 10 hingga 14 tahun,dan tahap remaja/adolsen usia 12 tahun keatas. Berdasarkan tahapan ini , anak usia sekolah (SD-SMP) dimasukkan dalam tahap prapubertas dan pubertas awal, sedangkan anak SMP hingga SMA dimasukan dalam tahap remaja.

B.  Karakteristik Perkembangan Fisik Peserta Didik
Bagi sebagian anak, awal masuk kelas satu sekolah dasar merupakan peristiwa penting bagi anak. Dengan masuknya anaak kesekolah dasar akan membawa akibat pada perubahan besar dalam pola kehidupannya, seperti perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku.

1.      Keadan berat dan tinggi badan anak usia sekolah (usia 6 hingga 10 tahun)
Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Peningkatan berat baadan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya  ukuran sistm rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama, masa dan kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot, maka umumnya anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan (Santrock, 1995).

2.      Masa Pubertas (usia 10 hingga 14 tahun)
Pada akhir usia sekolah anak segera memasuki masa yang disebut dengan “pubertas”, yakni masa awal terjadinya pematangan seksual. Sulit membedakan antara masa puber dengan masa remaja karena, masa puber adalah bagian dari masa remaja dan pubertas sering dijadikan pertanda awal seseorang memasuki masa remaja.
Waktu datangnya masa pubertas tidak dapat diketahui secara pasti. Ada anak-anak yang memulai masa pubertasnya pada usia yang lebih awal dan ada pula yang belakangan. Biasanya, anak perempuan memasuki masa pubertas lebih awal 2 tahun dibandingkan anak laki-laki. Menurut sejumlah ahli perkembangan pada anak perempuan pubertas terjadi sekitar usia 10 tahun, sedangkan pada anak laki-laki terjadi pada usia sekitar 12 tahun.

3.      Perubahan fisik
Pada masa pubertas terjadi perubahan fisik secara dramatis atau apa yang disebut dengan (growth spurt) yaitu percepatan pertumbuhan, dimana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan diseluruh bagian dan dimensi fisik (Zigler & Stevenson, 1993), baik pertambahan berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, maupun pencapaian kematangan seksual (Papalia, Old & Feldman, 2008).

4.      Proporsi Tubuh
Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa pubertas juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya teralalu kecil, pada masa pubertas menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering terjadi tidak proporsional. Perubahan proporsi tubuh yang tidak seimbang ini menyebabkan anak merasa kaku dan canggung, serta khawatir bahwa badannya tidak akan pernah serasi dengan tangan dan kakinya.

5.      Kematangan Seksual
Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics).

a.       Perubahan Ciri-Ciri Seks Primer
Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Sekitar usia 12 tahun anak laki-laki kemungkinan untuk mengalami penyemburan air mani (ejaculation of semen) mereka ynag pertama atau yang dikenal juga dengan istilah “mimpi basah”. Sementara itu, pada anak perempuan perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis.

b.      Perubahan Ciri-Ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, tetapi merupakan tanda-tanda yang membedakan laki-laki dan perempuan. Seperti tumbuhnya jakun, kumis dan dada melebar pada laki-laki. Sedangkan pada perempuan terlihatnya payudara dan panggul yang membesar.

6.      Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah Dasar
Pada usia sekolah, perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa.

7.       Masa Pubertas
Ketika anak memasuki masa pubertas, sebenarnya ia telah memiliki kemampuan motorik dasar, baik motorik kasar maupun motorik halus sebagai modal utama dalam mengikuti berbagai aktivitas disekolah. Pada masa pubertas kekuatan otot anak akan berlipat ganda seiring dengan semakin banyaknya jumlah sel-sel otot baru yang dibentuk jumlahnya lebih banyak dari pada anak perempuan, sehingga tidak heran kalau anak laki-laki biasanya lebih kuat dibandingkan dengan anak perempuan.

C. Isu-Isu dalam Perkembangan Fisik: Nature dan Nurture

            Nature dan nurture merupakan isu dasar yang menjadi perdebatan sengit dalam psikologi perkembangan. Nature (alam, sifat dasar) dapat di artikan sebagai sifat khas seseorang yang dibawa sejak kecil atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan. Sedangkan Nurture (pemeliharaan, pengasuhan) dapat diartikan sebagai factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak dari masa pembuahan sampai selanjutnya (Chaplin, 2002).
            Dalam sejarah psikologi perkembangan, isu nature dan nurture ini telah menjadi perdebatan sejak lama. Namun belakangan ini para ahli psikologi perkembangan, seperti D.O.Hebb (1949), D.Lehrman (1953) dan T.C. Scheneirla (1957), mulai memandang bahwa pembahasan mengenai seberapa jauh pentingnya peranan nature (keturunan) dan nurture (lingkungan) terhadap perkembangan sebagai sesuatu yang tidak penting lagi untuk dilakukan.

1.      Dasar-dasar Genetik Perkembangan Fisik
Secara umum manusia satu dengan lainnya mempunyai variasi, yang sangat berbeda-beda di dalam genetik. Anggota keluarga bias mirip, tetapi orang yang tidak mempunyai hubungan darah akan memperlihatkan ciri yang berbeda. Penentuan sifat bawaan mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam dua hal, yaitu: Faktor keturunan membatasi sejauh mana individu dapat berkembang dan sifat bawaan sepenuhnya merupakan masalah kebetulan.

2.      Interaksi Hereditas dan Lingkungan dalam Perkembangan Fisik
Menurut Santrock (1996), para ahli genetika perilaku menyebutkan tiga cara hereditas dan lingkungan dalam berinteraksi:
a.       Passive genotype-environment interaction, yakni interaksi genotype dan lingkungan secara pasif
b.      Evocative genotype-environment interaction, yakni interaksi genotype dan lingkungan secara evokatif.
c.       Active genotype-environment interaction, yakni interaksi genotype dan lingkungan secara pasif.

D. Implikasi Genetik dan Lingkungan terhadap Pendidikan
            McDevitt & Ormrod (2002) merekomendasikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetic dan lingkungan bagi perkembangan anak, yaitu:
a.       Memahami dan menghargai perbedaaan-perbedaan individual anak.
b.      Menyadari bahwa sebenarnya factor lingkungan mempengaruhi setiap aspek perkembangan.
c.       Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.

E. Perkembangan Otak
            Perkembangan otak merupakan slah satu aspek perkembangan fisik peserta didik yang sangat penting dipelajari dan dipahami oleh orangtua, guru atau calon guru. Otak adalah sebuah system biologis manusia yang sengaja diciptakan Allah Swt untuk mengindra dunia sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya.
Perkembangan otak mulai terjadi sejak masa parental, yakni kira-kira 25 hari setelah konsepsi. Pada masa awal perkembangan ini otak terlihat baru seperti sebuah tabung yang tidak rata dan sangat halu. Sekitar usia 5 hingga 20 minggu dari perkembangan janin dalam kandungan, bagian dalam dari ruang-ruang otak ini mulai memproduksi sel-sel neuron. Jumlah sel-sel neuron ini akan semakin banyak seiring dengan terbentuknya hubungan-hubungan baru akibat dari masuknya informasi ke dalam otak.

            Ketika dilahirkan otak bayi memiliki 10 miliar neuron. Neuron-neuron ini kemudian membentuk ribuan sambungan antar neuron yang disebut dendrite dan akson yang berbentuk memanjang. Dendrit ini mengalami perubahan yang dramatis sejak saat lahir hingga bayi berusia 2 tahun. Pada dua bulan pertama sejak kelahiran bayi, dendrit sudah mencapai 500 sampai 1000 triliun. Ketika anak-anak mencapai usia 3 tahun, ukuran otaknya adala tiga perempat otak orang dewasa. Pada usia 5 atau 6 hingga 7 tahun, ukuran otak anak telah mencapai dua pertiga otak orang dewasa, tetapi memiliki 5-7 kali lebih banyak sambungan antar neuron daripada otak anak usia 18 bulan atau orang dewasa. Sampai usia 8 tahun, ukuran otak anak sudah dpat dikatakan sempurna, tetapi cara kerjanya secara terperinci didalam otak masih memerlukan waktu untuk berkembang penuh. Pada usia sekolah dan remaj, perkembangan otak banyak terjadi pada wilayah korteks, sauatu wilayah otak dimana anak dapat mengontrol tingkah lakunya sendiri.

F. Implikasi Perkembangan Otak terhadap Pendidikan
            Otak anak mempunayi kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan antarneuron. Namun, kemampuan itu berhenti pada usia 10-11 tahun jika tidak dikembangkan dan digunakan. Seiring dengan bertambahnya usia anak, proses pembelajaran seharusnya lebih mendorong anak untuk mencari dan meneliti apa yang dikehendakinya. Pembelajaran seperti ini akan mendorong anak untuk berpikir mengamati, merenungkan dan menemukan secara kreatif. Sebaliknya, proses pembelajaran harus jauh dari upaya menjejalkan pengetahuna kedalam otak anak. Penjejalan pengetahuan secara berlebih akan mengganggu pemahaman dan melelahkan otak anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment